PENINGKATAN
KEMAMPUAN BERBICARA ANAK
MELALUI
BERCERITA BUKU
BERGAMBAR DI TAMAN KANAK-KANAK
HARAPAN IBU PASAMAN BARAT
…………….
Abstract:
Kemampuan
anak dalam berbicara masih rendah, tujuan penelitian ini untuk meningkatkan
kemampuan anak dalam berbicara
melalui bercerita dengan buku bergambar.Penelitian ini menggunakan Tindakan
Kelas yang dilaksanakan di Taman Kanak-kanak Harapan Ibu Batang Biyu dengan jumlah anak 15 orang, 8 orang laki –
laki dan 7 orang perempuan. Pengumpulan data dengan observasi,wawancara dan dokumentasi dianalisis dengan teknik
persentase. Penelitian dilakukan 2 siklus. disetiap siklus telah mengalami
peningkatan. Berdasarkan hasil tindakan yang dilakukan diambil kesimpulan
terjadinya peningkatan kemampuan berbicara melalui buku bergambar, sebelum
diadakan tindakan kemampuan anak masih setelah dilakukan tindakan mengalami
peningkatan, maka buku bergambar telah berhasil meningkatkan kemampuan anak
dalam berbicar
Kata Kunci : berbicara ; bercerita; buku bergambar;
PENDAHULUAN
Pendidikan Anak
Usia Dini (PAUD) adalah jenjang pendidikan sebelum jenjang pendidikan dasar
yang merupakan suatu upaya pembinaan yang ditujukan bagi anak sejak lahir
sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan
pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar
anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut, yang
diselenggarakan pada jalur formal, nonformal, dan informal.
Taman
Kanak-kanak sebagai pendidikan lembaga
formal pertama yang dijalani anak memiliki tanggung jawab untuk dapat
meningkatkan sumber daya manusia tersebut sehingga nantinya anak memiliki
sumber daya manusia yang diperlukan dimanapun anak berada. Pendidikan Taman
Kanak-kanak merupakan salah satu bentuk Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD ) formal yang sesuai dengan UU No. 20 Tahun 2003.
Pendidikan anak
usia dini merupakan salah satu bentuk penyelenggaraan pendidikan yang menitik
beratkan pada peletakan dasar kebeberapa arah yaitu pengembangan prilaku,
pengembangan kemampuan dasar, serta fisik motorik. Taman Kanak-kanak adalah pendidikan yang
ditujukan bagi anak anak usia 4-6 tahun. Pada masa ini anak memasuki tahap
praoperasional kongkrit dalam berfikir dari aktifitas belajar di Taman Kanak-kanak.
Anak mempunyai
hak untuk tumbuh dan berkembang, bermain, beristirahat, berekreasi, dan belajar
dalam suatu pendidikan. Jadi, belajar adalah hak anak bukan kewajiban. Orang
tua dan pemerintah wajib menyediakan sarana dan prasarana pendidikan untuk anak
dalam rangka program belajar. Karena belajar adalah hak anak, maka belajar harus
menyenangkan, kondusif, dan memungkinkan anak untuk termotivasi dan antusias.
Memperoleh rangsangan rangsangan kemampuan dasar terhadap perkembangan bahasa,
kognitif, fisik motorik dan seni, serta pengembangan pembiasaan yang terdiri
dari nilai – nilai agama, sosial, emosional dan kemandirian., Kemampuan dasar
anak saling mendukung satu sama lainnya.
Salah satu kemampuan dasar yaitu kemampuan bahasa.
Kemampuan bahasa memegang
peranan penting dalam perkembangan anak, namun perkembangan yang lain
juga tidak kalah pentingnya. perkembangan bahasa anak usia 4 - 5 tahun sangatcepat. Kemampuan mereka menyerap dan mengingat pembicaraan orang disekitarnya
sangat tinggi. Para peneliti di Amerika anak umur 4 - 5 tahun telah menguasai
2000 kata, dan penambahan kata mereka tiap bulannya 50 kata. Orang tua dan guru
yang sering berkomunikasi membacakan cerita, dan memberikan kesempatan kepada
anak untuk berbicara tentang pengalaman, pemikiran dan perasaannya sangat besar
manfaatnya dalam mempercepat penguasaan bahasa anak. Pentingnya
pemberian kesempatan berbahasa yang disertai penghargaan atau penguatan
kepada anak – anak usia 4 -5 tahun. Hal ini disebabkan anak mau belajar
berbahasa kalau merasa senang. Ketika
anak tumbuh dan berkembang, terjadi peningkatan baik dalam hal kualitas maupun
kuantitas, produk bahasanya secara bertahap kemampuan anak meningkat, bermula
dari mengexpresikan suara saja, hingga mengexpresikannya dengan komunikasi.
Komunikasi anak yang bermula dengan mennggunakan gerakan dan isyarat untuk
menunjukkan keinginannya secara bertahap berkembang menjadi komunkasi melalui
ujaran yang tepat dan jelas.
Perkembangan
berbicara pada masa bayi baru mengeluarkan bunyi “ ocehan “ yang kemudian
berkembang menjadi sistem simbol bunyi yang bermakna. Tanpa diberi suatu
instruksi formal. Pada masa usia 3-5 tahun anak menggunakan banyak kosa kata
dan kata tanya seperti apa dan siapa.
Pendidikan Taman
Kanak-kanak sebagai sebuah taman bermain, bersosialisasi dan juga sebagai
wahana untuk mengembangkan berbagai kemampuan. Strategi yang dapat
digunakan dalam mengembangkan kemampuan
berbicara di Taman Kanak-kanak adalah melalui pendekatan pengalaman bahasa.
Pendekatan ini disesuaikan dengan karakteristik pembelajaran di Taman
Kanak-kanak yakni melalui bermain dengan menggunakan metode mengajar yang tepat
untuk mengembangkan kemampuan berbicara serta melibatkan anak dalam kegiatan
yang dapat memberikan berbagai pengalaman bagi anak. selain itu perlu juga
memperhatikan motivasi dan minat anak sehingga kedua faktor itu betul – betul
memberikan pengaruh yang besar dalam
pengembangan kemampuan berbicara. Strategi ini dilakukan dengan memberikan
beragam aktivitas yang memperhatikan perkembangan kemampuan berbicara anak.
Komunikasi
merupakan berbicara atau menyampaikan informasi kepada orang lain. Guru
berkomunikasi dengan anak dengan berbagai cara diantaranya dengan melalui perkataan
atau dengan isyarat. Berkomunikasi dengan anak haruslah dengan cara yang benar
supaya anak dapat mengerti dengan apa yang akan kita sampaikan. Guru
menyampaikan informasi kepada anak haruslah memberikan informasi yang benar
kepada anak agar anak tidak ragu dengan apa yang disampaikan.
Berkomunikasi di
Taman Kanak – kanak haruslah dengan
bahasa yang jelas atau bahasa yang cepat dimengerti oleh anak. Dalam proses
pembelajaran seorang guru dalam menyampaikan pembelajarannya hendaknya dapat
memancing anak agar dapat berkominikasi dengan teman atau dengan guru sendiri.
Kita dapat mengamati anak berkomunikasi dengan teman atau orang lain pada saat
anak sedang asyik bermain dengan temannya, dan juga kita dapat melihat anak
tersebut berkomunikasi dengan jelas pada saat anak bermain sosiodrama
disekolah.
Guru Taman
Kanak-kanak harus menciptakan suasana
yang menyenangkan bagi anak dalam proses belajar mengajar, seperti kelengkapan
media, memanfaatkan alam, membuat ide- ide dalam menciptakan permainan, dan juga
metode guru yang bervariasi. Apalagi dalam proses pembelajaran bahasa terutama
pada pembelajaran berbicara, seperti bercerita dengan buku bergambar.
Namun di tempat
peneliti mengajar peneliti temui masih banyak kekurangan – kekurangan untuk
menciptakan suasana yang menyenangkan bagi anak dalam proses berbicara,
sehingga kemampuan berbicara anak masih
rendah.
Anak belum bisa
mengulang kembali cerita yang diceritakan oleh guru, anak belum bisa
mengungkapkan kosa kata, anak tidak bisa menjawab pertanyaan yang diberikan
oleh guru, sehingga anak belum lancar
berbicara, padahal berbicara merupakan hal yang sangat penting bagi anak untuk
bersosialisasi dengan orang lain. Oleh sebab itulah peneliti mencoba merancang
sebuah penelitian yang menarik yang sesuai dengan prinsip pembelajaran di Taman
Kanak-kanak yaitu bermain sambil belajar dan belajar seraya bermain, dan salah
satu permainannya yaitu bercerita dengan menggunakan buku bergambar.
Berdasarkan
uraian di atas, untuk meningkatkan
kemampuan berbicara anak maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian yang
berjudul “Peningkatan kemampuan berbicara anak melalui bercerita buku bergambar
di Taman Kanak-kanak Harapan Ibu Pasaman Barat”. Dalam bercerita ini akan
membantu anak dalam berbicara.
Berdasarkan latar
belakang yang dikemukakan di atas
kemampuan anak berbicara pada Taman
Kanak – kanak Harapan Ibu Pasaman
Barat masih rendah. Hal ini
disebabkan oleh :
1). Kurangnya kemampuan anak dalam mengungkapkan kosa kata. 3). Anak belum
mampu mengulang kembali cerita yang diceritakan oleh guru. 3). Anak belum mampu
menjawab
pertanyaan yang diberikan oleh guru. 4). Anak kurang mendengarkan apa yang
diceritakan oleh guru.. 5). Guru tidak membuat alat media yang menarik dalam
perkembangan berbicara.
Berdasarkan
identifikasi masalah yang dikemukakan di
atas maka peneliti membatasi masalah yang akan diteliti “Anak belum mampu
mengulang cerita yang diceritakan, kurangnya kemampuan anak dalam mengungkapkan
kosa kata, anak tidak bisa menjawab pertanyaan guru, anak kurang mendengarkan
apa yang diceritakan oleh guru dan guru tidak menggunakan alat media yang
menarik dalam pemberian metode terutama metode bercerita dalam peningkatan
kemampuan berbicara anak “.dapat dirumuskan permasalahan yaitu: Bagaimanakah metode
bercerita dapat meningkatkan kemampuan berbicara anak di Taman Kanak-kanak
Harapan Ibu Pasaman Barat?”
Adapun tujuan
yang akan di capai melalui penelitian
ini adalah peningkatan kemampuan berbicara anak melalui metode bercerita dengan
buku bergambar di Taman Kanak-kanak Harapan Ibu Pasaman Barat
Anak Usia Dini
menurut Aisyiah (2005:3) adalah anak
yang berada pada rentang usia 0-8 tahun,yang tercakup dalam program
pendidikan ditaman penitipan anak, penitipan anak dalam keluarga, pendidikan pra sekolah, baik swasta maupun negri, Taman
Kanak-kanak dan Sekolah Dasar. Sedangkan anak usia dini menurut Sujiono
(2009:6) adalah sosok individu yang sedang menjalani suatu proses pertumbuhan
dan perkembangan dengan pesat dan fundamental bagi kehidupan selanjutnya.
Karakteristik
anak usia dini menurut Sujiono (2009:7)
adalah a). Egosentrisme
adalah anak melakukan sesuatu menurut
kehendaknya saja tanpa ada mendengarkan pendapat orang lain, b). Anak cendrung melihat dan memahami sesuatu
dari sudut pandang dan kepentingan pribadi,c). Anak mengira dunia penuh dengan
hal- hal yang menarik, d).anak adalah mahluk sosial, e). Anak membangun konsep diri melalui interaksi sosial di
sekolah, f). Anak kaya dengan fantasia
tau mainan.
Berdasarkan
uraian diatas dapat disimpulkan bahwa Anak
Usia Dini adalah mahluk sosial yang unik dan kaya dengan potensinya.
Yang tercakup dalam berbagai program pendidikan Anak Usia Dini baik swsta
maupun negeri.
Pada manusia
bahasa yang merupakan suatu sistem simbol untuk berkomunikasi dengan orang
lain, meliputi daya cipta dan sistem aturan. Dengan daya cipta tersebut nanusia
dapat menciptakan berbagai macam kalimat yang betmakna yang menggunakan
seperangkat kata dan aturan yang terbatas. Dengan demikian bahasa pada manusia
merupakan upaya kreatif yang tidak pernah berhenti.
Badudu dalam
Dhieni (2009:19) menyatakan bahwa “ Bahasa adalah alat penghubung atau
komunikasi antara anggota masyarakat yang terdiri dari individu – individu yang
menyatakan fikiran, perasaan dan keinginan”. Bromley dalam Dhieni (2009:19) mendefenisikan bahwa “ bahasa sebagai
simbol yang teratur untuk mentransfer berbagai ide maupun informasi yang
terdiri dari simbol – simbol visual maupun verbal”.
Jadi bahasa merupakan alat yang paling penting
bagi individu untuk dapat berkomunikasi dengan individu yang lainnya dan juga
bahasa merupakan alat untuk mengirimkan
ide – ide kepada orang lain. Perkembangan bahasa sebagai salah satu dari
kemampuan dasar yang harus dimiliki anak,terdiri dari beberapa tahapan sesuai
dengan usia dan karakteristik perkembangannya.
Jadi anak berkomunikasi dengan lingkungan sosial
yang lebih luas dibandingkan dengan lingkungan sosial sewaktu ia berumur 1 atau
2 tahun. Anak usia dini khususnya usia 4-5 tahun dapat
mengembangkan berbagai kosa kata. Owen dalam Aulia (2011: 99) mengemukakan bahwa anak
usia dini tersebut memperkaya kosa katanya melalui pengulangan. Mereka sering
mengulangi kosa kata yang baru dan unik sekalipun mereka belum memahami
artinya.
Dalam
mengembangkan kosa katanya anak tersebut menggunakan fast mapping yaitu
suatu proses di mana anak menyerap arti kata baru setelah mendengarnya sekali
atau dua kali setelah percakapan. Pada masa kanak – kanak awal inilah anak
mulai mengkombinasikan suku kata menjadi kata, dan kata menjadi kalimat.
Perkembangan
berbahasa anak usia dini, berada pada fase ekspresif. Fase ini diawali dengan
fase reseptif yaitu kemampuan untuk mendengar dan merekam bahasa dan percakapan
yang didengar. Kemampuan ini mendasari kemampuan bahasa eksresif yaitu
kemampuan untuk menggunakan bahasa untuk berkomunikasi dan menyatakan keinginan
atau penolakan. Papilia, dkk dalam Mayar pada usia taman kanak – kanak, anak
telah menguasai 2500 kosa kata yang mencakup : bentuk warna, rasa, bau,
kecantikan, susu, perbedaan, jarak dan permukaan.
Anak usia 4-5
tahun rata – rata dapat menggunakan
kemampuan mengingat 900 sampai 1000 kosa kata yang berbeda. Mereka
menggunakan 4-5 kata dalam satu kalimat dalam bentuk kalimat pernyataan,
negatif, tanya, dan perintah. Anak usia 4 tahun sudah dapat menggunakan kalimat
yang beralasan, Pada usia 5 tahun pembicaraan mereka mulai berkembang di mana
kosa kata yang digunakan lebih banyak dan rumit.
Menurut Tarigan
( 1981 : 3 ) berbicara adalah suatu keterampilan berbahasa yang berkembang
dalam kehidupan anak yang diawali dengan kemampuan menyimak. Menurtu Elisa
dalam Resmini 2011 juga menyatakan bahwa berbicara adalah proses bahasa lisan
untuk engexpresikan pikiran dan
perasaan. Depdikbud (1985 : 7 ) menyatakan berbicara adalah kemampuan atau cara
seseorang menyampaikan pikiran, perasaan, keinginan, dan mksud tertentu yang
berkemabang agar pesan – pesan yang disampaikan dapat diterima dengan baik oleh
orang lain.
Berbicara
bukanlah sekedar pengucapan kata atau bunyi, tetapi merupaka suatu alat untuk
mengexpresikan, menyatakan, menyampaikan atau mengkomunikasikan pikiran, ide
maupun perasaan. Berbicara merupakan suatu keterampilan berbahasa yang
berkembang dan dipengaruhi keterampilan menyimak. Berbicara dan menyimak adalah
kegiatan komunikasi 2 arah atau tatap muka yang dilakukan secara langsung.
Kemampuan berbicara berkaitan dengan kosa kata yang diperoleh anak dari
kegiatan menyimak dan membaca.
Ada dua tipe
perkembangan berbicara anak yaitu Egosentric Speech yaitu terjadi
ketika anak berusia 2-3 tahun, dimana anak berbicara kepada dirinya sendiri dan
Sosialized Speech yaitu terjadi ketika anak berinteraksi dengan temannya
ataupun lingkungannya.
Vygosky dalam
Dhieni ( 2005 : 3.7) ada 3 tahap
perkembangan berbicara anak yang berhubungan erat dengan perkembangan berpikir
yaitu tahap eksternal, egosentris, dan internal. Dengan demikian kemampuan
berbicara anak sngat erat hubungannya dengan perkembangan – perkembangan
didalam diri anak.
Pada anak usia
Taman Kanak-kanak kemampuan berbahasa yang paling umum dan efektif dilakukan
adalah berbicara. Belajar berbicara dapat dilakukan dengan bantuan dari oarang
dewasa melalui percakapan, dengan bercakap – cakap anak akan menemukan
pengalaman dan meningkatkan pengetahuannnya dan mengembangkan bahasanya.
Perkembangan berbicara
anak bertujuan untuk menghasilkan bunyi verbal. Kemampuan mendengar dan membuat
bunyi- bunyi verbal merupakan hal pokok untuk menghasilkan bicara. Kemampuan berbicara anak akan
berkembang melalui pengucapan suku kata yang berbeda- beda yang diucapakan
secara jelas.
Tujuan berbicara
adalah untuk memberitahukan, melaporkan, menghibur, membujuk, dan menyakinkan
seseorang. Ada beberapa faktor yang dapat dijadikan ukuran kemampuan berbicara
anak yang terdiri dari aspek kebahasaan dan non kebahasaan.
Guru Taman
Kanak-kanak mempunyai tanggung jawab untuk mengembangkan kemampuan berbicara
anak didiknya. Pengembangan kemampuan berbicara anak tidak dilakukan tersendiri
melainkan terpadu dalam proses belajar mengajar.
Tarigan ( 1981 :
28 ) ada 5 faktor yang mempengaruhi keterampilan berbicara anak. 1). Bunyi yang
diucapkan dengan tepat. 2). Pola intonasi naik turunnya suara serta tekanan
suku kata. 3). Ketetapan dan ketepatan ucapan. 4). Kata – kata yang diucapkan
dalam bentuk urutan yang tepat 5). Kelancaran dalam berbicara
Menurut Harris
(dalam Bromley, 1992) anak yang usianya 4-5 tahun dapat memahami sekitar 8000
kata dan dalam satu tahun berikutnya kemampuan anak dapat mencapai 9000 kata
dan menjawab pertanyaan.
Metode bercerita
adalah cara penyampaian atau penyajian materi pembelajaran secara lisan dalam
bentuk cerita dari guru kepada anak didik Tamam Kanak- kanak. Dalam pelaksanaan
pembelajaran di Taman Kanak-kanak metode bercerita dilaksanakan dalam upaya
memperkenalkan, memberikan keterangan, atau penjelasan tentang hal baru dalam
rangka menyampaikan pembelajaran yang dapat mengembangkan berbagai potensi
dasar anak Taman Kanak-kanak. Metode bercerita lebih dikenal dan banyak
dipergunakan di Taman Kanak-kanak. Pada dasarnya, metode
bercerita ini panduan dari metode ceramah, dengan kata laian untuk anak Taman
Kanak-kanak dipergunakan istilah metode cerita sedangkan untuk anak usia oarang
dewasa menggunakan metode ceramah.
Tujuan bercerita
bagi anak usia 4- 6 tahun adalah anak mampu mendengarkan dengan seksama
terhadap apa yang disampaikan orang lain, anak dapat bertanya apabila tidak
memahaminya, anak dapat menjawab pertanyaan, selanjutnya anak dapat
menceritakan dan mengekspresikan terhadap apa yang didengarnya dan
diceritakannya, sehingga hikmah dari isi cerita dapat dipahami dan lambat laun
didengarkan, diperhatikan, dilaksanakan dan diceritakannya pada orang lain.
Ada beberapa
manfaat metode bercerita bagi anak
di Taman
Kanak-kanak: 1).Melatih daya serap
atau daya tangkap anak 2). Melatih daya pikir anak 3). Melatih daya konsentrasi
anak 4). Mengembangkan daya imajinasi anak 5). Menciptakan situasi yang
mengembirakan serta mengembangkan suasana hubungan yang akrab sesuai dengan
tahap perkembangan anak. 6). Membantu perkembangan bahasa anak dalam
berkomunikasi
Dr Abdul Aziz
dalam bukunya mengajarkan anak lewat
bercerita, seorang anak dapat memperhatikan cerita sederhana yang sesuai dengan
karakternya.Melalui metode bercerita dengan buku bergambar yang dilakukan anak
kemampuan berbicara akan meningkat. Langkah – langkah dari bercerita dengan
buku bergambar ini adalah terlebih dahulu guru memperlihatkan buku bergambar
kepada anak lalu guru menceritakan isi dari gambar tersebut, setelah guru
selesai membacakan cerita anak disuruh mengulangnya kembali denga urut dengan
bahasa yang jelas.
METODE
PENELITIAN
Berdasarkan
permasalahan yang timbul di atas, maka penelitian ini berbentuk penelitian
tindakan kelas yaitu ragam penelitian pembelajaran yang berkonteks kelas dan
dilaksanakan oleh guru untuk memecahkan masalah – masalah pembelajaran yang
dihadapi oleh guru, memperbaiki mutu pembelajaran dan mencoba hal – hal baru
dibidang pembelajaran demi peningkatan mutu dan hasil belajar.
Pada intinya
Penelitian Tindakan Kelas merupakan suatu penelitian yang permasalahannya
akan muncul di kelas, dan dirasakan oleh
guru yang bersangkutan sehingga sulit dibenarkan jika ada anggapan bahwa
permasalahan dalam penelitian tindakan kelas yang diperoleh dari persepsi dari
seseorang peneliti. Jadi penelitian tersebut sangat bermanfaat sebagai upaya
untuk memperbaiki proses pembelajaran di kelas.
Subjek
penelitian dilakukan dikelas B2 yang muridnya berjumlah 15 orang, laki – laki 8
orang, perempuan 7 orang. Dalam pelaksanaan penelitiannya anak dibagi menjadi 4
kelompok, waktu penelitian dilakukan pada semester II tahun ajaran 20011/2012
selama 2 bulan, tepatnya awal bulan april sampai dengan akhir mei 2011.
Prosedur
pelaksanaan penelitian akan dilakukan secara bersiklus dimulai dari siklus
pertama, siklus kedua sngat ditentukan oleh hasil refleksi dalam Arikunto, dkk
( 2006: 16). Siklus pertama dilaksanakan 3x pertemuan yang terdiri dari kondisi awal, perencanaan tindakan,
pelaksanaan tindakan, observasi dan refleksi. Dan pada siklus kedua
dilaksanakan 3x pertemuan yang terdiri dari perencanaan tindakan, pelaksanaan
tindakan, observasi, refleksi dan hasil
Teknik ini dapat
dilakukan dengan menggunakan observasi dan pengamatan langsung pada kegiatan
pembelajaran untuk merekam data tentang prilaku, aktivitas atau kejadian – kejadian
lain dan pemantauan tindakan yang akan dilaksanakan. Data yang dikumpulkan
dalam penelitian ini berupa data dari hasil pengamatan langsung sewaktu anak
melakukan kegiatan permainan memempel kata dan data dari hasil kegiatan anak
dengan menggunakan alat tulis. Adapun
alat dalam pengumpulan data adalah sebagai berikut : 1).Format Observasi.Untuk
mengecek kegiatan yang akan dilakukan berdasarkan indikator yang ditemukan
sebelumnya. Aspek yang diamati melalui format observasi ini adalah yang
berkaitan dengan proses belajar mengajar, misalnya tanya jawab, bercakap –
cakap tentang kegiatan yang berlangsung antara guru dan anak selama proses
pembelajaran. Hal ini dilakukan pada kegiatan anak dalam mengerjakan tugas yang
diberikan guru, misanya kesungguhan dalam melkukan kegiatan. 2).Format
Wawancara. Wawancara dilakukan terhadap tanggapan kreatifitas siswa setelah
kegiatan pembelajaran berlangsung. 3).Dokumentasi. Peneliti mendokumentasikan
berupa SKH, lembar observasi, foto anak dalm melakukan kegiatan pembelajaran
Data digunakan
sebagai bahan untuk menentukan tindakan berikutnya keseluruhan data digunakan
untuk mengambil kesimpulan dari tindakan yang dilakukan dan pengaruhnya
terhadap peningkatan mutu pembelajaran (1). Hasil
pengamatan anak dari lembar observasi. Data yang diperoleh selama
penelitian berlangsung dianalisis dengan teknik persentase, yaitu membandingkan
yang muncul dari keseluruhan anak yang hadir dikalikan 100%. Untuk melihat
kecendrungan data, data ditampilkan dalam bentuk table dan diolah secara
deskriptif.
Data yang
diperoleh selama pembelajaran diolah
dengan teknik persentase yang dikemukakan oleh Haryadi (2009:24). Hasil yang
dinilai untuk setiap pertemuan berdasarkan jumlah persentase anak yang terlibat
dalam aktifitas pembelajaran dengan rumus
P
= x 100%
Keterangan
P : Angka
Persentase
F : Frekuensi yang sedang dicari persentasenya
N : Jumlah
anak dalam satu kelas
(2).
Data tentang aktifitas anak yang diamatiSedangkan menurut Arikunto (2006:241) untuk menentukan
bahwa aktifitas belajar anak meningkat dapat dilihat sebagai berikut : 75%
s/d 100% = Sangat Tinggi (ST) tidak ada
kesalahan atau anak bekerja mandiri. 56%s/d 75% = Tinggi (T) sedikit kesalahan atau anak
bekerja mandiri. 26%s/d 55% = Rendah (R)
sedikit kesalahan atau masih perlu bimbingan.
Indikator
keberhasilah apabila telah mencapai kriteria ketuntasan minimal (KKM) yang
ditetapkan yaitu 75% (dalam Bentri, 2005:10) keberhasilan kegiatan melalui berbicara
ditandai dengan buku bergambar: (a). 75%
anak dapat berbicara dengan lancar (b). 75%
Kemampuan anak berbahasa anak meningkat.
HASIL
Kondisi awal
sebelum dilakukan tindakan terlihat kemampuan anak dalam berbicara masih
rendah, hal ini disebabkan karena peneliti sebagai guru menggunakan metode yang
kurang menarik bagi anak dalam kegiatan bercerita, sehingga anak merasa bosan
dan jenuh dalam melaksanakan kegiatan
bercerita
Evaluasi
terhadap pencapaian yang diperoleh pada siklus I anak didasarkan atas dapatnya
anak mendengarkan cerita dengan baik, mampu menjawab pertanyaan guru, dapat
menyebutkan beberapa buah kosa kata, dapat berbicara lancar, mampu menceritakan
kembali cerita yang diceritakan. Berdasarkan jumlah anak yang dapat berbicara lancar diperoleh dari kesimpulan
bahwa siklus I belum mencapai criteria ketuntasan minimum yang telah
ditetapkan. Hal ini terlihat pada persentase rata-rata anak yang telah
ditetapkan yaitu 75%.
Dengan demikian, maka penelitian ini perlu dilanjutkan pada siklus ke II.
Tabel dan grafik di atas pada pertemuan ketiga siklus Iwalaupun sudah ada
peningkatan namun masih banyak anak yang belum mampu untuk berbicara lancer,
hal ini terlihat pada observasi yang dilakukan pada setiap aspek dan hasilnya
belum mencapai KKM yang telah ditentukan.
Dari hasil perhitungan wawancara anak dengan 3 pertanyaan yang diajukan
terhadap anak untuk mengetahui pendapat anak tentang permainan buku cerita
bergambar, pertanyaan yang diajukan kepada anak dapat membantu peneliti dalam
menelaah hal-hal yang negatif yang menyebabkan pelaksanaan tindakan belum
mencapai kondisi optimal. Hasil perhitungan dan analisis dapat dilihat dalam
lampiran dan rangkuman.
Sesuai dengan siklus I di atas, maka siklus ke II akan dilakukan perbaikan sebagai
berikut : 1). Cerita-cerita akan lebih diperbanyak lagi.
2). Buku ceritanya akan diganti
dengan buku cerita yang lebih menarik lagi.
Evaluasi
terhadap pencapaian yang diperoleh pada siklus II, anak sudah dapat
mendengarkan cerita dengan baik, mampu menjawab pertanyaan guru, dapat
menyebutkan beberapa buah kosa kata, dapat berbicara lancer, mampu menceritakan
kembali cerita yang diceritakan. Hal ini terlihat pada observasi yang dilakukan
pada setiap aspek penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti.
Berdasarkan
jumlah anak yang tertarik dengan kegiatan bercerita buku bergambar melalui observasi terhadap
anak setelah tindakan dilakukan, maka diperoleh kesimpulan bahwa siklus II
telah mencapai Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM) yang telah ditetapkan.
Berdasarkan
jumlah anak yang tertarik dengan kegiatan permainan buku bergambar, melalui
observasi terhadap anak setelah tindakan dilakukan, maka diperoleh kesimpulan
bahwa siklus I belum mencapai Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM) yang telah
ditetapkan dengan demikian peneliti perlu melakukan tindakan penelitian siklus
II. Setelah tindakan dilakukan pada siklus II, maka diperoleh kesimpulan bahwa
siklus II telah mencapai Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM) yang telah
ditetapkan.
PEMBAHASAN
Setelah peneliti
melakukan persentase hasil observasi pada kategori sangat tinggi, pada aspek
satu anak dapat mendengarkan cerita dari buku bergambar dengan baik pada siklus I mencapai 40%, karena setelah
dilakukan penelitian pada siklus I tidak mencapai criteria ketuntasan minimum
disebabkan alat media yang peneliti gunakan sangat sederhana sekali. Oleh
karena itu peneliti melanjutkan pada siklus II mencapai 87% anak dapat
mendengarkan cerita dari buku bergambar dengan baik, karena peneliti
menggunakan buku bergambar sebagai alat media yang menarik bagi anak sesuai
dengan teori Dr. Abdul Aziz (dalam Dhieni 2005:6.4) bahwa bercerita dengan buku
bergambar dapat meningkatkan kemampuan berbicara anak.
Pada aspek dua
anak dapat menyebutkan beberapa buah kosa kata dari buku bergambar pada siklus
I mencapai 33%, karena peneliti menggunakan alat media yang sederhana sekali
dan belum mencapai kriteria ketuntasan minimum maka dilanjutkan pada siklus II
mencapai 87%, anak dapat menyebutkan beberapa buah kosa kata dengan mengunakan
buku bergambar sebagai alat media yang menarik bagi anak sesuai dengan teori
yang dikemukakan oleh Owen (dalam Aulia 2011:99) bahwa bercerita buku bergambar
anak bisa menyebutkan beberapa buah kosa kata.
Pada aspek tiga
anak dapat berbicara lancar dengan kalimat sederhana dari buku bergambar pada
siklus I mencapai 47%, karena peneliti menggunakan alat media sedehana sekali
dan belum mencapai kriteria ketuntasan minimum maka dilanjutkan pada siklus II
mencapai 80%, anak berbicara lancar dengan kalimat sederhana dari buku
bergambar sesuai dengan teori Tarigan (1981 : 28) bahwa bercerita dengan buku
bergambar dapat meningkatkan kemampuan berbicara anak dengan kalimat sederhana.
Pada aspek empat
anak mampu menjawab pertanyaan guru pada siklus I mencapai 40%, karena peneliti
menggunakan alat juga sederhana sekali dan belum mencapai kriteria ketuntasan
minimum maka dilanjutkan pada siklus II mencapai 93%, anak mampu menjawab
pertanyaan guru sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Harris (dalam
Bromley,1992) bahwa bercerita dengan buku bergambar dapat meningkatkan anak
dalam berbicara dan anak mampu menjawab pertanyaan guru.
Pada aspek lima
anak mampu menceritakan kembali cerita yang telah diceritakan guru dari buku
bergambar pada siklus I mencapai 33%, karena peneliti menggunakan alat media
yang sangat sederhana sekali dan belum mencapai criteria ketuntasan minimum
maka dilanjutkan pada siklus II mencapai 87%, anak mampu menceritakan kembali
cerita yang telah diceritakan guru sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Aziz
(dalam Dhieni 2005:6.4) bahwa bercerita dengan buku bergambar dapat
meningkatkan kemampuan berbicara anak dan anak mampu menceritakan kembali
cerita yang telah diceritakan guru dari buku bergambar.
Pada aspek 1
anak dapat mendengarkan cerita dari buku bergambar dengan baik pada kondisi
awal mencapai 13% siklus 1 40% dan siklus II 87%, dari data ini jelaslah bahwa
bercerita dengan buku bergambar dapat
meningkatkan kemampuan berbicara anak yang sesuai dengan teori yang oleh Dr. Abdul Aziz ( dalam Dhieni 2005:6.4 )
Pada aspek 2
anak dapat menyebutkan beberapa buah kosakata dari buku bergambar pada kondisi
awal mencapai 20%, siklus I 33% dan siklus II 87%, dari data diatas jelaslah
bahwa bercerita dengan buku bergambar dapat meningkatkan kemampuan berbicara
anak yang sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Owen ( dalam Aulia 2011:99
)
Pada aspek 3
anak dapat berbicara lancar dengan kalimat sederhana dari buku bergambar, pada
kondisi awal mencapai 7%, siklus I 47% dan siklus II 80%, dari data diatas jelaslah
bahwa bercerita dengan buku bergambar dapat meningkatkan kemampuan berbicara
anak yang sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Tarigan ( 1981:28 )
Pada aspek 4
anak mampu menjawab pertanyaan guru pada kondisi awal mencapai 7%, siklus I 40%
dan siklus II 93%, dari data diatas jelaslah bahwa bercerita dengan buku
bergambar dapat meningkatkan kemampuan anak dalam berbicara yang sesuai dengan
teori yang dikemukakan oleh Harris ( dalam Bromley, 1992 ).
Pada aspek 5
anak mampu menceritakan kembali cerita yang telah diceritakan dari buku
bergambar, pada kondisi awal mencapai 13%, siklus I mencapai 33% dan siklus II
mencapai 87%, dari data diatas jelaslah bahwa bercerita dengan buku bergambar
dapat meningkatkan kemampuan berbicar anak sesuai dengan teori yang dikemukakan
oleh Aziz ( dalam Dhieni 2005:6.4 ).
SIMPULAN DAN
SARAN
Simpulan
Berdasarkan
hasil analisis data yang diperoleh dalam penelitian ini dapat diambil
kesimpulan tentang peningkatan kemampuan berbicara anak melalui buku cerita
bergambar sebagai berikut : 1). Pendidikan Anak Usia Dini adalah jenjang
pendidikan sebelum pendidikan dasar yang merupakan suatau upaya pembinaan yang
ditujukan bagi anak sejak lahir sampai usia 6 tahun. Taman Kanak – kanak
sebagai tempat pertama anak menjalani pendidikan. 2). Dengan mengembangkan
kemampuan berbicara anak dapat meningkatkan salah satu pengembangan bahasa
untuk melanjutkan kejenjang berikutnya. 3). Pembelajaran di Taman Kanak-kanak menggunakan prinsip
bermain sambi belajar dan belajar seraya bermain. Untuk mengembangkan kemampuan
dasar dan aspek perkembangan pada anak dilakukan dengan bermain, salah satu
cara untuk mengembangkan kemampuan berbicara anak melalui bercerita dengan buku
bergambar. 4). buku bergambar ini dapat meningkatkan kemampuan anak dalam
berbicara anak. 5).Pada buku bergambar anak akan bercerita dengan buku yang
disediakan oleh guru. 6). Melalui
kegiatan
buku cerita bergambar kemampuan berbicara
anak meningkat
Saran
Berdasarkan
kesimpulan diatas, peneliti dapat memberikan saran untuk perubahan demi
kesempurnaan penelitian tindakan kelas pada masa mendatang adalah : 1). Bagi
anak didik,
dapat meningkatkan kemampuan berbicara pada anak. 2). Bagi guru, sebagai bahan
masukan dalam membantu guru dalam kemampuan berbicara. 3). Bagi peneliti
sendiri, untuk menambah wawasan dan pengalaman melalui kegiatan pembelajaran
terutama dalam kemampuan berbicara. 4). Bagi Taman Kanak-kanak Harapan Ibu,
dapat meningkatkan kualitas dan kemampuan anak dalam berbicara, serta dapat
menjadi contoh untuk Taman Kanak-kanak lain dalam kemampuan berbicara. 5). Bagi
Masyarakat, sebagai bahan atau contoh untuk kemampuan berbicara baik dirumah
maupun disekolah. 6). Bagi Dinas Pendidikan, sebagai bahan masukan untuk kemampuan
berbicara bagi Taman Kanak-kanak dibawah naungan Dinas Pendidikan.
DAFTAR RUJUKAN
Aisiyah, Siti. 2007. Perkembangan Dan
Konsep Dasar pengembangan Anak Usia Dini. Jakarta: Universitas Terbuka
Alwen, Betri. 2005. Usulan Penelitian
Untuk Meningkatkan Kualitas Pembelajaran. Padang. LPTK UNP
Arikunto, Suharsimi. Dkk. 2006.
Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta. Bumi Aksara
Aulia, 2011. Mengajarkan Balita Anda
Membaca. Jakarta.
Dhieni, Nurbiana. 2005. Metode
Pengembangan Bahasa. Jakarta : UT
----------------------2009. Metode
Pengembangan Bahasa. Jakarta : UT
Depdiknas. 2003 .Sistem Pendidikan
Nasional. Jakarta : UT
--------------2005. Kurikulum 2004
Standar Kompetensi TK Dan RA. Jakarta
Faulina, 2011. Upaya Peningkatan Kosa
Kata Anak Melalui Tebak Gambar. Jurusan PG-PAUD FIP UNP.
Hasan, Maimunah. 2009. Pendidikan
Anak Usia Dini. Jakarta
Moh. Haryadi. 2009. Statistik
Pendidikan. Jakarta: Prestasi Pustaka Raya
Prayitno, Elida, Erlamsyah. 1999. Perkembangan
Individu. Dip Proyek Universitas Negeri Padang.
Sudono, Anggani. 1994. Alat Permainan
dan Sumber Belajar Taman Kanak- kanak. Depdikbud: Dirjen Dikti Proyek
Sujiono,Nuraini Yuliana. 2009. Metode
Pengembangan Kognitif. Jakarta: Universitas Terbuka
Mahyurianti. 2010.(Skipsi). Peningkatan
Kemampuan Berbicara Anak Melalui Metode Sosiodrama. Jurusan PG- PAUD FIP
UNP
Tarigan Heri Guntur.1981. Berbicara
sebagai suatu Keterampilan Berbahasa.
Bandung: Percetakan Angka
Tidak ada komentar:
Posting Komentar