To be silent is the biggest art in a conversation

10 Mei 2013

Hari Bela Negara Belum Menasional

Mr Ismail Hasan, asal Simpang Tonang, Pasaman, lahir 20 Juni 1926, pernah mengabdi di Sumatera Barat dan terakhir jadi Kepala Kanwil Departemen Penerangan Jakarta Raya, punya catatan periode-periode perjuangan dalam mempertahankan kemerdekaan hasil Proklamasi 17 Agustus 1945. Anggota Dewan Penasihat Majelis Ulama Indonesia Pusat (MUI) ini menjadi notulis perundingan Sjafruddin dengan Manteri Penerangan Mohammad Natsir ketika itu
Berita : Hari Bela Negara Belum Menasional - Harian Pagi Padang Ekspres

7 Mei 2013

PENINGKATAN KEMAMPUAN BERBICARA



PENINGKATAN KEMAMPUAN BERBICARA  ANAK MELALUI
BERCERITA BUKU BERGAMBAR DI TAMAN KANAK-KANAK
HARAPAN IBU  PASAMAN BARAT

…………….

Abstract:

Kemampuan anak dalam berbicara masih rendah, tujuan penelitian ini untuk meningkatkan kemampuan anak dalam berbicara melalui bercerita dengan buku bergambar.Penelitian ini menggunakan Tindakan Kelas yang dilaksanakan di Taman Kanak-kanak Harapan Ibu Batang Biyu  dengan jumlah anak 15 orang, 8 orang laki – laki dan 7 orang perempuan. Pengumpulan data dengan observasi,wawancara dan dokumentasi dianalisis dengan teknik persentase. Penelitian dilakukan 2 siklus. disetiap siklus telah mengalami peningkatan. Berdasarkan hasil tindakan yang dilakukan diambil kesimpulan terjadinya peningkatan kemampuan berbicara melalui buku bergambar, sebelum diadakan tindakan kemampuan anak masih setelah dilakukan tindakan mengalami peningkatan, maka buku bergambar telah berhasil meningkatkan kemampuan anak dalam berbicar


PENDAHULUAN
Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) adalah jenjang pendidikan sebelum jenjang pendidikan dasar yang merupakan suatu upaya pembinaan yang ditujukan bagi anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut, yang diselenggarakan pada jalur formal, nonformal, dan informal.
Taman Kanak-kanak  sebagai pendidikan lembaga formal pertama yang dijalani anak memiliki tanggung jawab untuk dapat meningkatkan sumber daya manusia tersebut sehingga nantinya anak memiliki sumber daya manusia yang diperlukan dimanapun anak berada. Pendidikan Taman Kanak-kanak merupakan salah satu bentuk Pendidikan Anak Usia Dini  (PAUD ) formal yang sesuai dengan UU No. 20 Tahun 2003.
Pendidikan anak usia dini merupakan salah satu bentuk penyelenggaraan pendidikan yang menitik beratkan pada peletakan dasar kebeberapa arah yaitu pengembangan prilaku, pengembangan kemampuan dasar, serta fisik motorik. Taman Kanak-kanak adalah pendidikan yang ditujukan bagi anak anak usia 4-6 tahun. Pada masa ini anak memasuki tahap praoperasional kongkrit dalam berfikir dari aktifitas belajar di Taman Kanak-kanak.
Anak mempunyai hak untuk tumbuh dan berkembang, bermain, beristirahat, berekreasi, dan belajar dalam suatu pendidikan. Jadi, belajar adalah hak anak bukan kewajiban. Orang tua dan pemerintah wajib menyediakan sarana dan prasarana pendidikan untuk anak dalam rangka program belajar. Karena belajar adalah hak anak, maka belajar harus menyenangkan, kondusif, dan memungkinkan anak untuk termotivasi dan antusias. Memperoleh rangsangan rangsangan kemampuan dasar terhadap perkembangan bahasa, kognitif, fisik motorik dan seni, serta pengembangan pembiasaan yang terdiri dari nilai – nilai agama, sosial, emosional dan kemandirian., Kemampuan dasar anak saling mendukung satu sama lainnya.
Salah satu  kemampuan dasar yaitu kemampuan bahasa. Kemampuan  bahasa  memegang  peranan penting dalam perkembangan anak, namun perkembangan yang lain juga tidak kalah pentingnya. perkembangan bahasa anak usia 4 - 5 tahun sangatcepat. Kemampuan mereka menyerap dan mengingat pembicaraan orang disekitarnya sangat tinggi. Para peneliti di Amerika anak umur 4 - 5 tahun telah menguasai 2000 kata, dan penambahan kata mereka tiap bulannya 50 kata. Orang tua dan guru yang sering berkomunikasi membacakan cerita, dan memberikan kesempatan kepada anak untuk berbicara tentang pengalaman, pemikiran dan perasaannya sangat besar manfaatnya dalam mempercepat penguasaan bahasa anak.  Pentingnya  pemberian  kesempatan  berbahasa yang disertai penghargaan atau  penguatan  kepada anak – anak usia 4 -5 tahun. Hal ini disebabkan anak mau belajar berbahasa kalau merasa senang.  Ketika anak tumbuh dan berkembang, terjadi peningkatan baik dalam hal kualitas maupun kuantitas, produk bahasanya secara bertahap kemampuan anak meningkat, bermula dari mengexpresikan suara saja, hingga mengexpresikannya dengan komunikasi. Komunikasi anak yang bermula dengan mennggunakan gerakan dan isyarat untuk menunjukkan keinginannya secara bertahap berkembang menjadi komunkasi melalui ujaran yang tepat dan jelas.
Perkembangan berbicara pada masa bayi baru mengeluarkan bunyi “ ocehan “ yang kemudian berkembang menjadi sistem simbol bunyi yang bermakna. Tanpa diberi suatu instruksi formal. Pada masa usia 3-5 tahun anak menggunakan banyak kosa kata dan kata tanya seperti apa dan siapa.
Pendidikan Taman Kanak-kanak sebagai sebuah taman bermain, bersosialisasi dan juga sebagai wahana untuk mengembangkan berbagai kemampuan. Strategi yang dapat digunakan  dalam mengembangkan kemampuan berbicara di Taman Kanak-kanak adalah melalui pendekatan pengalaman bahasa. Pendekatan ini disesuaikan dengan karakteristik pembelajaran di Taman Kanak-kanak yakni melalui bermain dengan menggunakan metode mengajar yang tepat untuk mengembangkan kemampuan berbicara serta melibatkan anak dalam kegiatan yang dapat memberikan berbagai pengalaman bagi anak. selain itu perlu juga memperhatikan motivasi dan minat anak sehingga kedua faktor itu betul – betul memberikan  pengaruh yang besar dalam pengembangan kemampuan berbicara. Strategi ini dilakukan dengan memberikan beragam aktivitas yang memperhatikan perkembangan kemampuan berbicara  anak.
Komunikasi merupakan berbicara atau menyampaikan informasi kepada orang lain. Guru berkomunikasi dengan anak dengan berbagai cara diantaranya dengan melalui perkataan atau dengan isyarat. Berkomunikasi dengan anak haruslah dengan cara yang benar supaya anak dapat mengerti dengan apa yang akan kita sampaikan. Guru menyampaikan informasi kepada anak haruslah memberikan informasi yang benar kepada anak agar anak tidak ragu dengan apa yang disampaikan.
Berkomunikasi di Taman Kanak – kanak  haruslah dengan bahasa yang jelas atau bahasa yang cepat dimengerti oleh anak. Dalam proses pembelajaran seorang guru dalam menyampaikan pembelajarannya hendaknya dapat memancing anak agar dapat berkominikasi dengan teman atau dengan guru sendiri. Kita dapat mengamati anak berkomunikasi dengan teman atau orang lain pada saat anak sedang asyik bermain dengan temannya, dan juga kita dapat melihat anak tersebut berkomunikasi dengan jelas pada saat anak bermain sosiodrama disekolah.
Guru Taman Kanak-kanak  harus menciptakan suasana yang menyenangkan bagi anak dalam proses belajar mengajar, seperti kelengkapan media, memanfaatkan alam, membuat ide- ide dalam menciptakan permainan, dan juga metode guru yang bervariasi. Apalagi dalam proses pembelajaran bahasa terutama pada pembelajaran berbicara, seperti bercerita dengan buku bergambar.
Namun di tempat peneliti mengajar peneliti temui masih banyak kekurangan – kekurangan untuk menciptakan suasana yang menyenangkan bagi anak dalam proses berbicara, sehingga  kemampuan berbicara anak masih rendah.
Anak belum bisa mengulang kembali cerita yang diceritakan oleh guru, anak belum bisa mengungkapkan kosa kata, anak tidak bisa menjawab pertanyaan yang diberikan oleh guru,  sehingga anak belum lancar berbicara, padahal berbicara merupakan hal yang sangat penting bagi anak untuk bersosialisasi dengan orang lain. Oleh sebab itulah peneliti mencoba merancang sebuah penelitian yang menarik yang sesuai dengan prinsip pembelajaran di Taman Kanak-kanak yaitu bermain sambil belajar dan belajar seraya bermain, dan salah satu permainannya yaitu bercerita dengan menggunakan buku bergambar.
Berdasarkan uraian di atas,  untuk meningkatkan kemampuan berbicara anak maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul “Peningkatan kemampuan berbicara anak melalui bercerita buku bergambar di Taman Kanak-kanak Harapan Ibu Pasaman Barat”. Dalam bercerita ini akan membantu anak dalam berbicara.
Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan di atas kemampuan anak berbicara pada Taman Kanak – kanak Harapan Ibu Pasaman Barat masih rendah. Hal ini disebabkan oleh : 1). Kurangnya kemampuan anak dalam mengungkapkan kosa kata. 3). Anak belum mampu mengulang kembali cerita yang diceritakan oleh guru. 3). Anak belum mampu menjawab pertanyaan yang diberikan oleh guru. 4). Anak kurang mendengarkan apa yang diceritakan oleh guru.. 5). Guru tidak membuat alat media yang menarik dalam perkembangan berbicara.
Berdasarkan identifikasi  masalah yang dikemukakan di atas maka peneliti membatasi masalah yang akan diteliti “Anak belum mampu mengulang cerita yang diceritakan, kurangnya kemampuan anak dalam mengungkapkan kosa kata, anak tidak bisa menjawab pertanyaan guru, anak kurang mendengarkan apa yang diceritakan oleh guru dan guru tidak menggunakan alat media yang menarik dalam pemberian metode terutama metode bercerita dalam peningkatan kemampuan berbicara anak “.dapat dirumuskan permasalahan yaitu: Bagaimanakah metode bercerita dapat meningkatkan kemampuan berbicara anak di Taman Kanak-kanak Harapan Ibu Pasaman Barat?”
Adapun tujuan yang akan di capai melalui  penelitian ini adalah peningkatan kemampuan berbicara anak melalui metode bercerita dengan buku bergambar di Taman Kanak-kanak Harapan Ibu  Pasaman Barat
Anak Usia Dini menurut Aisyiah (2005:3) adalah anak  yang berada pada rentang usia 0-8 tahun,yang tercakup dalam program pendidikan ditaman penitipan anak, penitipan anak dalam keluarga, pendidikan  pra sekolah, baik swasta maupun negri, Taman Kanak-kanak dan Sekolah Dasar. Sedangkan anak usia dini menurut Sujiono (2009:6) adalah sosok individu yang sedang menjalani suatu proses pertumbuhan dan perkembangan dengan pesat dan fundamental bagi kehidupan selanjutnya.
Karakteristik anak usia dini menurut Sujiono (2009:7)  adalah a). Egosentrisme adalah anak melakukan sesuatu menurut   kehendaknya saja tanpa ada mendengarkan pendapat orang lain,  b). Anak cendrung melihat dan memahami sesuatu dari sudut pandang dan kepentingan pribadi,c). Anak mengira dunia penuh dengan hal- hal yang menarik, d).anak adalah mahluk sosial, e). Anak membangun konsep diri melalui interaksi sosial di sekolah, f).  Anak kaya dengan fantasia tau mainan.
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa Anak  Usia Dini adalah mahluk sosial yang unik dan kaya dengan potensinya. Yang tercakup dalam berbagai program pendidikan Anak Usia Dini baik swsta maupun negeri.
Pada manusia bahasa yang merupakan suatu sistem simbol untuk berkomunikasi dengan orang lain, meliputi daya cipta dan sistem aturan. Dengan daya cipta tersebut nanusia dapat menciptakan berbagai macam kalimat yang betmakna yang menggunakan seperangkat kata dan aturan yang terbatas. Dengan demikian bahasa pada manusia merupakan upaya kreatif yang tidak pernah berhenti.
Badudu dalam Dhieni (2009:19) menyatakan bahwa “ Bahasa adalah alat penghubung atau komunikasi antara anggota masyarakat yang terdiri dari individu – individu yang menyatakan fikiran, perasaan dan keinginan”. Bromley dalam Dhieni (2009:19)  mendefenisikan  bahwa “ bahasa  sebagai  simbol yang teratur untuk mentransfer berbagai ide maupun informasi yang terdiri dari simbol – simbol visual maupun verbal”.
Jadi  bahasa merupakan alat yang paling penting bagi individu untuk dapat berkomunikasi dengan individu yang lainnya dan juga bahasa merupakan alat untuk mengirimkan  ide – ide kepada orang lain. Perkembangan bahasa sebagai salah satu dari kemampuan dasar yang harus dimiliki anak,terdiri dari beberapa tahapan sesuai dengan usia dan karakteristik perkembangannya.
Jadi  anak berkomunikasi dengan lingkungan sosial yang lebih luas dibandingkan dengan lingkungan sosial sewaktu ia berumur 1 atau 2 tahun. Anak usia  dini  khususnya usia 4-5 tahun dapat mengembangkan  berbagai  kosa kata. Owen dalam   Aulia (2011: 99) mengemukakan bahwa anak usia dini tersebut memperkaya kosa katanya melalui pengulangan. Mereka sering mengulangi kosa kata yang baru dan unik sekalipun mereka belum memahami artinya.
Dalam mengembangkan kosa katanya anak tersebut menggunakan fast mapping yaitu suatu proses di mana anak menyerap arti kata baru setelah mendengarnya sekali atau dua kali setelah percakapan. Pada masa kanak – kanak awal inilah anak mulai mengkombinasikan suku kata menjadi kata, dan kata menjadi kalimat.
Perkembangan berbahasa anak usia dini, berada pada fase ekspresif. Fase ini diawali dengan fase reseptif yaitu kemampuan untuk mendengar dan merekam bahasa dan percakapan yang didengar. Kemampuan ini mendasari kemampuan bahasa eksresif yaitu kemampuan untuk menggunakan bahasa untuk berkomunikasi dan menyatakan keinginan atau penolakan. Papilia, dkk dalam Mayar pada usia taman kanak – kanak, anak telah menguasai 2500 kosa kata yang mencakup : bentuk warna, rasa, bau, kecantikan, susu, perbedaan, jarak dan permukaan.
Anak usia 4-5 tahun rata – rata dapat menggunakan  kemampuan mengingat 900 sampai 1000 kosa kata yang berbeda. Mereka menggunakan 4-5 kata dalam satu kalimat dalam bentuk kalimat pernyataan, negatif, tanya, dan perintah. Anak usia 4 tahun sudah dapat menggunakan kalimat yang beralasan, Pada usia 5 tahun pembicaraan mereka mulai berkembang di mana kosa kata yang digunakan lebih banyak dan rumit.
Menurut Tarigan ( 1981 : 3 ) berbicara adalah suatu keterampilan berbahasa yang berkembang dalam kehidupan anak yang diawali dengan kemampuan menyimak. Menurtu Elisa dalam Resmini 2011 juga menyatakan bahwa berbicara adalah proses bahasa lisan untuk engexpresikan pikiran  dan perasaan. Depdikbud (1985 : 7 ) menyatakan berbicara adalah kemampuan atau cara seseorang menyampaikan pikiran, perasaan, keinginan, dan mksud tertentu yang berkemabang agar pesan – pesan yang disampaikan dapat diterima dengan baik oleh orang lain.
Berbicara bukanlah sekedar pengucapan kata atau bunyi, tetapi merupaka suatu alat untuk mengexpresikan, menyatakan, menyampaikan atau mengkomunikasikan pikiran, ide maupun perasaan. Berbicara merupakan suatu keterampilan berbahasa yang berkembang dan dipengaruhi keterampilan menyimak. Berbicara dan menyimak adalah kegiatan komunikasi 2 arah atau tatap muka yang dilakukan secara langsung. Kemampuan berbicara berkaitan dengan kosa kata yang diperoleh anak dari kegiatan menyimak dan membaca.
Ada dua tipe perkembangan berbicara anak yaitu Egosentric Speech yaitu terjadi ketika anak berusia 2-3 tahun, dimana anak berbicara kepada dirinya sendiri dan Sosialized Speech yaitu terjadi ketika anak berinteraksi dengan temannya ataupun lingkungannya.
Vygosky dalam Dhieni  ( 2005 : 3.7) ada 3 tahap perkembangan berbicara anak yang berhubungan erat dengan perkembangan berpikir yaitu tahap eksternal, egosentris, dan internal. Dengan demikian kemampuan berbicara anak sngat erat hubungannya dengan perkembangan – perkembangan didalam diri anak.
Pada anak usia Taman Kanak-kanak kemampuan berbahasa yang paling umum dan efektif dilakukan adalah berbicara. Belajar berbicara dapat dilakukan dengan bantuan dari oarang dewasa melalui percakapan, dengan bercakap – cakap anak akan menemukan pengalaman dan meningkatkan pengetahuannnya dan mengembangkan bahasanya.
Perkembangan berbicara anak bertujuan untuk menghasilkan bunyi verbal. Kemampuan mendengar dan membuat bunyi- bunyi verbal merupakan hal pokok untuk menghasilkan  bicara. Kemampuan berbicara anak akan berkembang melalui pengucapan suku kata yang berbeda- beda yang diucapakan secara jelas.
Tujuan berbicara adalah untuk memberitahukan, melaporkan, menghibur, membujuk, dan menyakinkan seseorang. Ada beberapa faktor yang dapat dijadikan ukuran kemampuan berbicara anak yang terdiri dari aspek kebahasaan dan non kebahasaan.
Guru Taman Kanak-kanak mempunyai tanggung jawab untuk mengembangkan kemampuan berbicara anak didiknya. Pengembangan kemampuan berbicara anak tidak dilakukan tersendiri melainkan terpadu dalam proses belajar mengajar.
Tarigan ( 1981 : 28 ) ada 5 faktor yang mempengaruhi keterampilan berbicara anak. 1). Bunyi yang diucapkan dengan tepat. 2). Pola intonasi naik turunnya suara serta tekanan suku kata. 3). Ketetapan dan ketepatan ucapan. 4). Kata – kata yang diucapkan dalam bentuk urutan yang tepat 5). Kelancaran dalam berbicara
Menurut Harris (dalam Bromley, 1992) anak yang usianya 4-5 tahun dapat memahami sekitar 8000 kata dan dalam satu tahun berikutnya kemampuan anak dapat mencapai 9000 kata dan menjawab pertanyaan.
Metode bercerita adalah cara penyampaian atau penyajian materi pembelajaran secara lisan dalam bentuk cerita dari guru kepada anak didik Tamam Kanak- kanak. Dalam pelaksanaan pembelajaran di Taman Kanak-kanak metode bercerita dilaksanakan dalam upaya memperkenalkan, memberikan keterangan, atau penjelasan tentang hal baru dalam rangka menyampaikan pembelajaran yang dapat mengembangkan berbagai potensi dasar anak Taman Kanak-kanak. Metode bercerita lebih dikenal dan banyak dipergunakan di Taman Kanak-kanak. Pada dasarnya, metode bercerita ini panduan dari metode ceramah, dengan kata laian untuk anak Taman Kanak-kanak dipergunakan istilah metode cerita sedangkan untuk anak usia oarang dewasa menggunakan metode ceramah.
Tujuan bercerita bagi anak usia 4- 6 tahun adalah anak mampu mendengarkan dengan seksama terhadap apa yang disampaikan orang lain, anak dapat bertanya apabila tidak memahaminya, anak dapat menjawab pertanyaan, selanjutnya anak dapat menceritakan dan mengekspresikan terhadap apa yang didengarnya dan diceritakannya, sehingga hikmah dari isi cerita dapat dipahami dan lambat laun didengarkan, diperhatikan, dilaksanakan dan diceritakannya pada orang lain.
Ada beberapa manfaat metode bercerita bagi anak di Taman Kanak-kanak: 1).Melatih daya serap atau daya tangkap anak 2). Melatih daya pikir anak 3). Melatih daya konsentrasi anak 4). Mengembangkan daya imajinasi anak 5). Menciptakan situasi yang mengembirakan serta mengembangkan suasana hubungan yang akrab sesuai dengan tahap perkembangan anak. 6). Membantu perkembangan bahasa anak dalam berkomunikasi
Dr Abdul Aziz dalam bukunya mengajarkan  anak lewat bercerita, seorang anak dapat memperhatikan cerita sederhana yang sesuai dengan karakternya.Melalui metode bercerita dengan buku bergambar yang dilakukan anak kemampuan berbicara akan meningkat. Langkah – langkah dari bercerita dengan buku bergambar ini adalah terlebih dahulu guru memperlihatkan buku bergambar kepada anak lalu guru menceritakan isi dari gambar tersebut, setelah guru selesai membacakan cerita anak disuruh mengulangnya kembali denga urut dengan bahasa yang jelas.

METODE PENELITIAN
Berdasarkan permasalahan yang timbul di atas, maka penelitian ini berbentuk penelitian tindakan kelas yaitu ragam penelitian pembelajaran yang berkonteks kelas dan dilaksanakan oleh guru untuk memecahkan masalah – masalah pembelajaran yang dihadapi oleh guru, memperbaiki mutu pembelajaran dan mencoba hal – hal baru dibidang pembelajaran demi peningkatan mutu dan hasil belajar.
Pada intinya Penelitian Tindakan Kelas merupakan suatu penelitian yang permasalahannya akan  muncul di kelas, dan dirasakan oleh guru yang bersangkutan sehingga sulit dibenarkan jika ada anggapan bahwa permasalahan dalam penelitian tindakan kelas yang diperoleh dari persepsi dari seseorang peneliti. Jadi penelitian tersebut sangat bermanfaat sebagai upaya untuk memperbaiki proses pembelajaran di kelas.       
Subjek penelitian dilakukan dikelas B2 yang muridnya berjumlah 15 orang, laki – laki 8 orang, perempuan 7 orang. Dalam pelaksanaan penelitiannya anak dibagi menjadi 4 kelompok, waktu penelitian dilakukan pada semester II tahun ajaran 20011/2012 selama 2 bulan, tepatnya awal bulan april sampai dengan akhir mei 2011.
Prosedur pelaksanaan penelitian akan dilakukan secara bersiklus dimulai dari siklus pertama, siklus kedua sngat ditentukan oleh hasil refleksi dalam Arikunto, dkk ( 2006: 16). Siklus pertama dilaksanakan 3x pertemuan yang terdiri  dari kondisi awal, perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan, observasi dan refleksi. Dan pada siklus kedua dilaksanakan 3x pertemuan yang terdiri dari perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan, observasi, refleksi dan hasil
Teknik ini dapat dilakukan dengan menggunakan observasi dan pengamatan langsung pada kegiatan pembelajaran untuk merekam data tentang prilaku, aktivitas atau kejadian – kejadian lain dan pemantauan tindakan yang akan dilaksanakan. Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini berupa data dari hasil pengamatan langsung sewaktu anak melakukan kegiatan permainan memempel kata dan data dari hasil kegiatan anak dengan menggunakan  alat tulis. Adapun alat dalam pengumpulan data adalah sebagai berikut : 1).Format Observasi.Untuk mengecek kegiatan yang akan dilakukan berdasarkan indikator yang ditemukan sebelumnya. Aspek yang diamati melalui format observasi ini adalah yang berkaitan dengan proses belajar mengajar, misalnya tanya jawab, bercakap – cakap tentang kegiatan yang berlangsung antara guru dan anak selama proses pembelajaran. Hal ini dilakukan pada kegiatan anak dalam mengerjakan tugas yang diberikan guru, misanya kesungguhan dalam melkukan kegiatan. 2).Format Wawancara. Wawancara dilakukan terhadap tanggapan kreatifitas siswa setelah kegiatan pembelajaran berlangsung. 3).Dokumentasi. Peneliti mendokumentasikan berupa SKH, lembar observasi, foto anak dalm melakukan kegiatan pembelajaran
Data digunakan sebagai bahan untuk menentukan tindakan berikutnya keseluruhan data digunakan untuk mengambil kesimpulan dari tindakan yang dilakukan dan pengaruhnya terhadap peningkatan mutu pembelajaran  (1). Hasil pengamatan anak dari lembar observasi. Data yang diperoleh selama penelitian berlangsung dianalisis dengan teknik persentase, yaitu membandingkan yang muncul dari keseluruhan anak yang hadir dikalikan 100%. Untuk melihat kecendrungan data, data ditampilkan dalam bentuk table dan diolah secara deskriptif.
Data yang diperoleh  selama pembelajaran diolah dengan teknik persentase yang dikemukakan oleh Haryadi (2009:24). Hasil yang dinilai untuk setiap pertemuan berdasarkan jumlah persentase anak yang terlibat dalam aktifitas pembelajaran dengan rumus




P = x 100%


Keterangan
P   :    Angka Persentase
F   :    Frekuensi yang sedang dicari persentasenya
N  :    Jumlah anak dalam satu kelas


(2). Data tentang aktifitas anak yang diamatiSedangkan  menurut Arikunto (2006:241) untuk menentukan bahwa aktifitas belajar anak meningkat dapat dilihat sebagai berikut :  75% s/d 100%  = Sangat Tinggi (ST) tidak ada kesalahan atau anak bekerja mandiri. 56%s/d  75% = Tinggi (T) sedikit kesalahan atau anak bekerja  mandiri. 26%s/d  55% = Rendah (R) sedikit kesalahan atau masih perlu bimbingan.
Indikator keberhasilah apabila telah mencapai kriteria ketuntasan minimal (KKM) yang ditetapkan yaitu 75% (dalam Bentri, 2005:10) keberhasilan kegiatan melalui berbicara ditandai dengan buku bergambar: (a). 75% anak dapat berbicara dengan lancar (b). 75% Kemampuan anak  berbahasa anak meningkat. 

HASIL
Kondisi awal sebelum dilakukan tindakan terlihat kemampuan anak dalam berbicara masih rendah, hal ini disebabkan karena peneliti sebagai guru menggunakan metode yang kurang menarik bagi anak dalam kegiatan bercerita, sehingga anak merasa bosan dan jenuh  dalam melaksanakan kegiatan bercerita
Evaluasi terhadap pencapaian yang diperoleh pada siklus I anak didasarkan atas dapatnya anak mendengarkan cerita dengan baik, mampu menjawab pertanyaan guru, dapat menyebutkan beberapa buah kosa kata, dapat berbicara lancar, mampu menceritakan kembali cerita yang diceritakan. Berdasarkan jumlah anak yang dapat  berbicara lancar diperoleh dari kesimpulan bahwa siklus I belum mencapai criteria ketuntasan minimum yang telah ditetapkan. Hal ini terlihat pada persentase rata-rata anak yang telah ditetapkan yaitu 75%.
Dengan demikian, maka penelitian ini perlu dilanjutkan pada siklus ke II. Tabel dan grafik di atas pada pertemuan ketiga siklus Iwalaupun sudah ada peningkatan namun masih banyak anak yang belum mampu untuk berbicara lancer, hal ini terlihat pada observasi yang dilakukan pada setiap aspek dan hasilnya belum mencapai KKM yang telah ditentukan.
Dari hasil perhitungan wawancara anak dengan 3 pertanyaan yang diajukan terhadap anak untuk mengetahui pendapat anak tentang permainan buku cerita bergambar, pertanyaan yang diajukan kepada anak dapat membantu peneliti dalam menelaah hal-hal yang negatif yang menyebabkan pelaksanaan tindakan belum mencapai kondisi optimal. Hasil perhitungan dan analisis dapat dilihat dalam lampiran dan rangkuman.
Sesuai dengan siklus I di atas, maka siklus ke II akan dilakukan perbaikan sebagai berikut : 1). Cerita-cerita akan lebih diperbanyak lagi. 2). Buku ceritanya akan diganti dengan buku cerita yang lebih menarik lagi.
Evaluasi terhadap pencapaian yang diperoleh pada siklus II, anak sudah dapat mendengarkan cerita dengan baik, mampu menjawab pertanyaan guru, dapat menyebutkan beberapa buah kosa kata, dapat berbicara lancer, mampu menceritakan kembali cerita yang diceritakan. Hal ini terlihat pada observasi yang dilakukan pada setiap aspek penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti.
Berdasarkan jumlah anak yang tertarik dengan kegiatan bercerita  buku bergambar melalui observasi terhadap anak setelah tindakan dilakukan, maka diperoleh kesimpulan bahwa siklus II telah mencapai Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM) yang telah ditetapkan.
Berdasarkan jumlah anak yang tertarik dengan kegiatan permainan buku bergambar, melalui observasi terhadap anak setelah tindakan dilakukan, maka diperoleh kesimpulan bahwa siklus I belum mencapai Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM) yang telah ditetapkan dengan demikian peneliti perlu melakukan tindakan penelitian siklus II. Setelah tindakan dilakukan pada siklus II, maka diperoleh kesimpulan bahwa siklus II telah mencapai Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM) yang telah ditetapkan.

PEMBAHASAN
Setelah peneliti melakukan persentase hasil observasi pada kategori sangat tinggi, pada aspek satu anak dapat mendengarkan cerita dari buku bergambar dengan baik  pada siklus I mencapai 40%, karena setelah dilakukan penelitian pada siklus I tidak mencapai criteria ketuntasan minimum disebabkan alat media yang peneliti gunakan sangat sederhana sekali. Oleh karena itu peneliti melanjutkan pada siklus II mencapai 87% anak dapat mendengarkan cerita dari buku bergambar dengan baik, karena peneliti menggunakan buku bergambar sebagai alat media yang menarik bagi anak sesuai dengan teori Dr. Abdul Aziz (dalam Dhieni 2005:6.4) bahwa bercerita dengan buku bergambar dapat meningkatkan kemampuan berbicara anak.
Pada aspek dua anak dapat menyebutkan beberapa buah kosa kata dari buku bergambar pada siklus I mencapai 33%, karena peneliti menggunakan alat media yang sederhana sekali dan belum mencapai kriteria ketuntasan minimum maka dilanjutkan pada siklus II mencapai 87%, anak dapat menyebutkan beberapa buah kosa kata dengan mengunakan buku bergambar sebagai alat media yang menarik bagi anak sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Owen (dalam Aulia 2011:99) bahwa bercerita buku bergambar anak bisa menyebutkan beberapa buah kosa kata.
Pada aspek tiga anak dapat berbicara lancar dengan kalimat sederhana dari buku bergambar pada siklus I mencapai 47%, karena peneliti menggunakan alat media sedehana sekali dan belum mencapai kriteria ketuntasan minimum maka dilanjutkan pada siklus II mencapai 80%, anak berbicara lancar dengan kalimat sederhana dari buku bergambar sesuai dengan teori Tarigan (1981 : 28) bahwa bercerita dengan buku bergambar dapat meningkatkan kemampuan berbicara anak dengan kalimat sederhana.
Pada aspek empat anak mampu menjawab pertanyaan guru pada siklus I mencapai 40%, karena peneliti menggunakan alat juga sederhana sekali dan belum mencapai kriteria ketuntasan minimum maka dilanjutkan pada siklus II mencapai 93%, anak mampu menjawab pertanyaan guru sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Harris (dalam Bromley,1992) bahwa bercerita dengan buku bergambar dapat meningkatkan anak dalam berbicara dan anak mampu menjawab pertanyaan guru.
Pada aspek lima anak mampu menceritakan kembali cerita yang telah diceritakan guru dari buku bergambar pada siklus I mencapai 33%, karena peneliti menggunakan alat media yang sangat sederhana sekali dan belum mencapai criteria ketuntasan minimum maka dilanjutkan pada siklus II mencapai 87%, anak mampu menceritakan kembali cerita yang telah diceritakan guru sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Aziz (dalam Dhieni 2005:6.4) bahwa bercerita dengan buku bergambar dapat meningkatkan kemampuan berbicara anak dan anak mampu menceritakan kembali cerita yang telah diceritakan guru dari buku bergambar. 
Pada aspek 1 anak dapat mendengarkan cerita dari buku bergambar dengan baik pada kondisi awal mencapai 13% siklus 1 40% dan siklus II 87%, dari data ini jelaslah bahwa bercerita dengan buku bergambar dapat meningkatkan kemampuan berbicara anak yang sesuai dengan teori yang  oleh Dr. Abdul Aziz ( dalam Dhieni 2005:6.4 )
Pada aspek 2 anak dapat menyebutkan beberapa buah kosakata dari buku bergambar pada kondisi awal mencapai 20%, siklus I 33% dan siklus II 87%, dari data diatas jelaslah bahwa bercerita dengan buku bergambar dapat meningkatkan kemampuan berbicara anak yang sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Owen ( dalam Aulia 2011:99 )
Pada aspek 3 anak dapat berbicara lancar dengan kalimat sederhana dari buku bergambar, pada kondisi awal mencapai 7%, siklus I 47% dan siklus II 80%, dari data diatas jelaslah bahwa bercerita dengan buku bergambar dapat meningkatkan kemampuan berbicara anak yang sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Tarigan ( 1981:28 )
Pada aspek 4 anak mampu menjawab pertanyaan guru pada kondisi awal mencapai 7%, siklus I 40% dan siklus II 93%, dari data diatas jelaslah bahwa bercerita dengan buku bergambar dapat meningkatkan kemampuan anak dalam berbicara yang sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Harris ( dalam Bromley, 1992 ).
Pada aspek 5 anak mampu menceritakan kembali cerita yang telah diceritakan dari buku bergambar, pada kondisi awal mencapai 13%, siklus I mencapai 33% dan siklus II mencapai 87%, dari data diatas jelaslah bahwa bercerita dengan buku bergambar dapat meningkatkan kemampuan berbicar anak sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Aziz ( dalam Dhieni 2005:6.4 ).

SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Berdasarkan hasil analisis data yang diperoleh dalam penelitian ini dapat diambil kesimpulan tentang peningkatan kemampuan berbicara anak melalui buku cerita bergambar sebagai berikut : 1). Pendidikan Anak Usia Dini adalah jenjang pendidikan sebelum pendidikan dasar yang merupakan suatau upaya pembinaan yang ditujukan bagi anak sejak lahir sampai usia 6 tahun. Taman Kanak – kanak sebagai tempat pertama anak menjalani pendidikan. 2). Dengan mengembangkan kemampuan berbicara anak dapat meningkatkan salah satu pengembangan bahasa untuk melanjutkan kejenjang berikutnya. 3). Pembelajaran di Taman Kanak-kanak menggunakan prinsip bermain sambi belajar dan belajar seraya bermain. Untuk mengembangkan kemampuan dasar dan aspek perkembangan pada anak dilakukan dengan bermain, salah satu cara untuk mengembangkan kemampuan berbicara anak melalui bercerita dengan buku bergambar. 4). buku bergambar ini dapat meningkatkan kemampuan anak dalam berbicara anak. 5).Pada buku bergambar anak akan bercerita dengan buku yang disediakan oleh guru. 6). Melalui kegiatan buku cerita bergambar kemampuan berbicara   anak meningkat
Saran
Berdasarkan kesimpulan diatas, peneliti dapat memberikan saran untuk perubahan demi kesempurnaan penelitian tindakan kelas pada masa mendatang adalah : 1). Bagi anak didik, dapat meningkatkan kemampuan berbicara pada anak. 2). Bagi guru, sebagai bahan masukan dalam membantu guru dalam kemampuan berbicara. 3). Bagi peneliti sendiri, untuk menambah wawasan dan pengalaman melalui kegiatan pembelajaran terutama dalam kemampuan berbicara. 4). Bagi Taman Kanak-kanak Harapan Ibu, dapat meningkatkan kualitas dan kemampuan anak dalam berbicara, serta dapat menjadi contoh untuk Taman Kanak-kanak lain dalam kemampuan berbicara. 5). Bagi Masyarakat, sebagai bahan atau contoh untuk kemampuan berbicara baik dirumah maupun disekolah. 6). Bagi Dinas Pendidikan, sebagai bahan masukan untuk kemampuan berbicara bagi Taman Kanak-kanak dibawah naungan Dinas Pendidikan.



 DAFTAR RUJUKAN
Aisiyah, Siti. 2007. Perkembangan Dan Konsep Dasar pengembangan Anak Usia Dini. Jakarta: Universitas Terbuka
Alwen, Betri. 2005. Usulan Penelitian Untuk Meningkatkan Kualitas Pembelajaran. Padang. LPTK UNP
Arikunto, Suharsimi. Dkk. 2006. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta. Bumi Aksara
Aulia, 2011. Mengajarkan Balita Anda Membaca. Jakarta.
Dhieni, Nurbiana. 2005. Metode Pengembangan Bahasa. Jakarta : UT
----------------------2009. Metode Pengembangan Bahasa. Jakarta : UT
Depdiknas. 2003 .Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta : UT
--------------2005. Kurikulum 2004 Standar Kompetensi TK Dan RA. Jakarta
Faulina, 2011. Upaya Peningkatan Kosa Kata Anak Melalui Tebak Gambar. Jurusan PG-PAUD FIP UNP.
Hasan, Maimunah. 2009. Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta
Moh. Haryadi. 2009. Statistik Pendidikan. Jakarta: Prestasi Pustaka Raya
Prayitno, Elida, Erlamsyah. 1999. Perkembangan Individu. Dip Proyek Universitas Negeri Padang.
Sudono, Anggani. 1994. Alat Permainan dan Sumber Belajar Taman Kanak- kanak. Depdikbud: Dirjen Dikti Proyek
Sujiono,Nuraini Yuliana. 2009. Metode Pengembangan Kognitif. Jakarta: Universitas Terbuka
Mahyurianti. 2010.(Skipsi). Peningkatan Kemampuan Berbicara Anak Melalui Metode Sosiodrama. Jurusan PG- PAUD FIP UNP
Tarigan Heri Guntur.1981. Berbicara sebagai suatu Keterampilan Berbahasa.
Bandung: Percetakan Angka