To be silent is the biggest art in a conversation

12 Jul 2008

NAGARI SIMPANG TONANG 2008

Nagari Simpang Tonang merupakan nagari yang termiskin di Kabupaten Pasaman, bahkan mungkin tidak akan pernah terlepas dari keterpurukan yang telah menimpa nagari ini sejak puluhan tahun yang lalu, padahal Nagari Simpang Tonang ( umumnya Duo Koto ) adalah daerah yang mempunyai potensi yang lumayan baik terutama dari segi pertanian, perkebunan, dan sumber daya manusianya juga dapat golongkan progresif, namun pihak mana yang akan disalahkan ?, keinginan masyarakat yang ingin terlepas dan menghapuskan cap sebagai nagari yang termiskin di Pasaman tidak pernah mendapat perhatian dari pemerintah daerah, padahal ketika saat pesta politik sedang berlangsung marak-maraknya seperti pada pesta politik periode sebelumnya para calon-calon pejabat daerah yang terpilih banyak yang mengubar janji-janji muluk kepada masyarakat, bahkan menurut catatan, nagari Simpang Tonang merupakan nagari peringkat 2 (dua ) yang memberikan suara pada pilkada pada salah satu calon terpilih, namun janji tinggal janji hanya itu yang tertinggal dalam masyarakat Simpang Tonang ( Duo Koto ).

Apabila Pemerintah Kabupaten Pasaman berkeinginan membuka lapangan kerja baru dan untuk membuka akses peningkatan ekonomi Nagari Simpangtonang ( Duo Koto ), jalan tembus Simpang Tonang- Madina merupakan satu-satunya harapan warga, akan tetapi bila tidak bisa di laksanakan warga Simpangtonang dan dukungan dari dari pemerintah daerah Pasaman jangan berharap banyak untuk kebangkitan dari keterpurukan dan cap sebagai nagari termiskin, walau pemerintah daerah berulangkali dapat penghargaan tentang pengentasan kemiskinan pada tahun yang sudah-sudah.

Seperti halnya dua jembatan yang berdekatan di Ungkir, jembatan Aek Pangduhu dan jembatan Aek Bahanan perbatasan antara Padang Panjang dengan desa Kelabu yang merupakan jalan penghubung dengan pusat nagari, sekaligus jalan yang digunakan masyarakat untuk mengangkut hasil pertanian dan perkebunan ke pasar Simpang Tonang, sudah setahun rusak berat dan mengancam nyawa pengguna jalan, hingga hari ini pemerintah daerah Kabupaten Pasaman belum pernah ke lapangan sementara masyarakat berharap Pemkab segera memperbaikinya.

Para pemuda-pemuda nagari sempat mengumpulkan sumbangan kepada masyarakat akan tetapi dana yang terkumpul hanya dapat membeli 10 batang kayu yang telah masyarakat telah pasang di jembatan tersebut, masyarakat dan penulis sendiri tidak percaya bahwa pemerintah tidak mengetahui kondisi jembatan yang sudah bahkan mungkin minggu besok akan roboh, padahal mobil dinas ( plat merah ) sering lewat diatas jembatan tersebut.

Apabila pemerintah kecamatan & nagari diharapkan mungkin jalan/ jembatan ini tak akan pernah diperbaiki, sebagai contoh pada bulan Juni kemaren ini pada pemilihan wali nagari saja di Simpang tonang terjadi keributan yang mencoreng muka sendiri, bahkan penulis merasa malu sebagai warga kenagarian Simpangtonang di pemerintahan nagari saja sempat itu terjadi apalagi pada kancah politik yang tinggi mungkin nagari dan berikut masyarakat bisa dijual, Apa kata Dunia….???

Kondisi jembatan ini mungkin bagi penulis tidak asing lagi karena penulis sendiri tinggal di samping jembatan tersebut, dan menurut keterangan seorang warga yang berprofesi sebagai supir, Ifin (23) kepada penulis mengatakan bahwa “Kolo jiot melewati jambaten on ken mijur jolo…” ( jika ingin melewati jembatan ini maka sang sopir harus turun terlebih dahulu…. )

Menurut mereka, dari berbagai program yang dibuat pemerintah kabupaten Pasaman, perbaikan jembatan Ungkir dan pembukaan jalan dari Simpangtonang menuju Madina adalah solusi nomor satu, itupun kalau bupati dan wakil bupati setuju. Sebab setelah dilihat dari sudut pandang dan pertimbangan untuk membuka jalan baru tersebut lebih bagus positifnya dalam upaya meningkatkan kesejahteraan masyarakat setempat.

Seandainya jembatan dan jalan yang telah di program pemerintah untuk membuka jalan yang ke Madina ( sumut ) tersebut terealisasi maka para pengguna jalan dari Sumatera Utara lebih suka melewati jalan Simpangtonang-Simpangempat ketimbang menggunakan Rao – Lubuksikaping-Padang, walaupun ini jelas akan berpengaruh besar terhadap perekonomian orang Rao, Panti dan Lubuksikaping. Akan tetapi apakah….? masyarakat dan nagari Simpang tonang umumnya Kecamatan Duo Koto tidak ingin perekonomiannya membaik yang selama ini yang selama ini hanya ke Rao dan Bonjol saja atau di kecamatan lain.

Kapankah nagari kami akan di benahi…?

Penulis menghimbau kepada pemuda di nagari dan yang di rantau untuk dapat membenahi daerah kita apakah kita tidak malu bila untuk tahun-tahun berikutnya daerah / nagari kita masih tercap sebagai nagari termiskin di Pasaman ini. (Dodo Yamendra ).